Minggu, 23 Oktober 2022

Apakah aku stress?

 


Ibu         : “Nak, kamu makan malam dulu sudah jam 10!”

Anak     : “Sebentar bu, aku lagi siapkan tugas yang aku harus presentasikan besok…

  Aku masih kurang data… Kemarin data yang aku ambil salah.”

Ibu         : “Iya, tapi kamu harus makan nanti kamu sakit!”

Anak     : “Ibu jangan urusin aku, aku lagi sibuk nih (sedikit agresif cenderung tidak sopan)”

Ibu berlalu sambil mengelus dada…

 

Dari pembicaraan diatas, sang Anak terlihat mengalami tekanan karena belum siap akan presentasinya, sehingga tanpa disadari menjadi seorang anak yang kurang sopan.  Ini yang kita bisa kategorikan stress

Stress is the way human beings react both physically and mentally to changes, events, and situations in their lives. (Stres adalah cara manusia bereaksi baik secara fisik maupun mental terhadap perubahan, peristiwa, dan situasi dalam hidupnya)

Cannon, 1932 mengatakan bahwa Stress adalah reaksi fisik terhadap kondisi yang tidak menyenangkan yang berdampak diterial terhadap kondisi fisik seseorang.  Selve, 1956 menambahkan bahwa kondisi ini   menyebabkan munculnya upaya untuk menghindarkan diri dari  stressors and mencari jalan untuk mengatasi berbagai life events yg memunculkan stress tersebut.

Walau stress ternyata ada yang bersifat negatif dan ada pula yang bersifat positif tapi yang pasti stress berdampak terhadap seluruh aspek kehidupan seseorang.

 

Dampak Stress

Dalam percakapan diatas, konsekwensi stress pada si anak adalah tidak makan dan kalau ini terjadi terus menerus akan membuat kesehatannya fisik terganggu, kesehatan  mental, kualitas kehidupan, bahkan hingga karir dan kinerja seseorang.

Konsekensi stress  terhadap kesehatan fisik dapat berupa flu,  pendarahan yang lambat sembuh, darah tinggi, jantung coroner, cancer dan bahkan HIV.

Sedangkan, dampak  stress terhadap pekerjaan adalah turunnya kinerja dari seseorang  dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sehingga dapat membuat prestasi menurun, kualitas kerja tidak terpelihara, dan hubungan sosial dengan sesama teman sejawat ataupun atasan juga memburuk.  Stress akan menyerang semangat kerja, motivasi kerja, komitment kerja, rasa percaya diri, hingga dorongan untuk berpretasi dengan kualitas tinggi.

Akibat dari stress ternyata dapat mempengaruhi lembaga/sekoalh/organisasi sehingga bisa  mengalami kerugian luar (bahkan hingga bangkrut) akibat stress yang menimpa kinerja.

Stress Management

Stress adalah  reaksi atau respons  bisa secara fisik, mental, ataupun emonsional yang berbeda dari kebiasan dari seseorang sebagai akibat dari tekanan yang dialami.

Stress harus dapat dikelola dengan baik karena mengelola stress adalah kunci kesuksesan. Bagaimana cara mengelola stress dan memperkuat pertahanan diri dari berbagai dampak stress?

1.       Ubah cara pandang sehingga melihat stress sebagai tantangan yang harus dikendalikan dengan selalu berpikir positif.

2.       Jagalah kesehatan dengan cara olahraga/ aktivitas fisik teratur, tidur cukup, makan bergizi seimbang, terapkan perilaku hidup bersih dan sehat

3.       Bicarakan keluhan dengan seseorang yang dapat dipercaya

4.       Kembangkan hobi dengan melakukan kegiatan sesuaikan dengan minat dan kemampuan

5.     


Tenangkan pikiran dengan selalu bersyukur dan meningkatkan ibadah sesuai dengan Agama masing-masing

 

Sabtu, 15 Oktober 2022

Kunci Sukses Mengelola Satuan Pendidikan


Covid 19 memang telah membuat banyak perubahan dan dampak diberbagai bidang termasuk bidang pendidikan.  Banyak sekolah  swasta yang harus merumahkan guru-gurunya karena untuk bisa tetap menjalankan kegiatan belajar mengajar.  Banyak investasi baru harus diambil sekolah untuk memastikan tehnologi terimplementasi dengan sempurna sehingga akan memudahkan kegiatan belajar baik secara daring maupun luring.  Alhamdullilah belakang ini sejak diperbolehkan luring 100% maka sekolah mulai marak siap kedatangan para siswa.  Siap secara sarana prasana juga harus didukung oleh pemimpin atau kepala sekolah yang memiliki kemampuan atau kompetensi yang baik. Kompetensi menurut SK Mendiknas No. 45/U/2022 menjelaskan ada 5 kompetensi (5K) minimal yang harus dimiliki oleh kepala sekolah, yaitu kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
 
Pastinya jika anda KS maka atasan anda merasa anda memiliki potensi tersebut.  
Saya jadi teringat waktu saya menjadi Kepala Sekolah di salah satu SPK, Eksekutif direktur saya, Ng Eng Chin, memastikan kepada saya untuk selalu berusaha dan  jika mau terus sukses untuk mengelola sekolah harus menjalankan 6 hal penting.  Ke enam hal ini saya tulis di buku saya Sekolah Lokal Berkualitas Internasional: Resep Jitu Mengelola Sekolah International (SPK) (2017 hal. 179).  

Mau tahu 6 kunci sukses setelah memiliki 5K?

  1. Fokus dan paham tentang pendidikan.  Seorang pengelola satuan pendidikan harus paham tentang pendidikan.  Jadi kalau tidak paham ya harus belajar dulu. 
  2. Membangun sstem dan struktur.  Dengan adanya pembagian kerja dan panduan yang jelas diyakini akan membantu sekolah menjadi 
  3. Mengangkat dan menempatkan staff dengan tepat. Mengelola Pendidikan menjadi sesuatu yang tidak boleh dianggap sepele.  Jangan karena pemilik yayasan memiliki anak yang baru lulus ujuk-ujuk menduduki posisi tertinggi di sekolah.  Atau mumpung punya wewenang dengan seenak-enaknya mengangkat saudara atau teman yang tidak memiliki kompetensi. wah ini menjadi resep kemunduran sekolah.  
  4. Membangun kapasitas/kemampuan staff.  Pengembang diri untuk staff merupakan investasi yang harus dikeluarkan pengelola sekolah.  Dengan terus membangun kompetensi staff, peserta didik akan mendapat manfaatnya.
  5. Menetapkan standar yang tinggi. Kadang kita terlalu puas dengan memenuhi standar minimum dan ini kadang menjadi faktor penghambat sekolah untuk maju. 
  6. Memanfaatkan sarana dan sumber daya.  Penting seorang pemimpin untuk dapat memafaatkan keberadaan tidak hanya SDM dan fasilitas yang ada disekolah tapi juga orang tua, lingkungan sekitar untuk membantu pendidikan/

Kalau Anda pengelola satuan pendidikan apakah ini telah memenuhi 5K? Atau ada kompetensi lain?

Yuk kita refleksi diri!


Sabtu, 24 September 2022

Growth Mind Set (Pola Pikir Berkembang)

 

Growth mindset.



Apa itu growth mindset atau pola pikir berkembang?  Carol Dweck (2006) pertama kali mengenalkan dua istilah pola pikir yaitu growth mindset dan fixed mindset lewat bukunya yang berjudul Mindset: The New Psychology of Success.  Growth mindset adalah pemikiran atau keyakinan bahwasanya kemampuan dasar yang dimiliki seseorang dapat dikembangkan dan ditingkatkan.

Dalam konteks pendidikan di sekolah, siswa yang memiliki growth mindset adalah siswa yang akan selalu percaya bahwa bakat yang dimilikinya akan selalu dapat dikembangkan.  Bagaimana cara mengembangan bakat tersebut? Di sekolah, ini dapat dikembangkan dengan bantuan guru yang pada waktu mentransfer pengetahuan harus juga mendidik siswanya.  Maksudnya waktu mengajar matematika atau Bahasa Inggris atau apapun bidang studinya, guru harus memastikan siswanya untuk selalu berpikir positif, bekerja keras, menggunakan strategi yang tepat saat belajar atau menyelesaikan pekerjaan sekolah, hingga mendengarkan masukan atau pendapat dari teman lain.  Guru jangan terlena dengan transfer ilmunya saja, tapi yang lebih penting adalah proses mendapatkannya.  Jadi jika anak menyontek tugas individunya, maka guru harus memberi 'pendidikan' terhadap siswa tersebut sehingga mereka mengerti bahwa menyontek perbuatan yang tidak diperbolehkan dan jika terus didiamkan akan berdampak buruk untuk masa depannya.

Guru dengan pola pikir berkembang ini mengerti bahwa bakat yang dimiliki siswanya sejak lahir adalah hanya sebuah permulaan dan tidak akan menjadi patokan untuk kesuksesan siswanya.  Guru harus terus menginspirasi agar siswa terus mau belajar dan tidak takut untuk terus mencoba walaupun pernah gagal.  Kegagalan akan dijadikan moment untuk merefleksi diri dan siswa dituntut untuk selalu menjadi lebih baik dari sebelumnya (bukan dibandingkan dengan temannya).

Jadi ada 2 hal yang mendasar harus ditanyakan, yaitu (1) apakah kita sebagai guru sudah memiliki pola pikir berkembang?  dan (2) apakah kita sebagai guru sudah menerapkan pola pikir berkembang?

Yuk kita refleksi..

Minggu, 17 April 2022

Standar Guru Australia

 



sumber: Australian Institute for Teaching and School Leadership (AITSL).  https://www.aitsl.edu.au/.

https://www.aitsl.edu.au

Profesi guru kadang disepelekan karena banyak anggapan bahwa jika seseorang mengetahui bidang studi tertentu, maka diasumsikan orang tersebut bisa menjadi guru.  Seorang insiyur dianggap memiliki kecakapan untuk bidang IPA dan Matematika dapat dengan mudahnya menjadi guru.  Apakah semudah itu untuk menjadi guru?  Tentunya banyak penelitian yang pros dan cons terhadap pertanyaan ini. 

Jika bicara standar seorang guru khususnya di negeri tetangga ternyata didak semudah itu.  Australian Institute for Teaching and School Leadership (AITSL) membagi 3 bagian poin penting yang harus dimiliki guru yaitu pengetahuan professional, praktek professional, dan  keterkaitan professional.

Dari ke 3 poin tersebut maka ditetapkan menjadi 7 standard yang harus dimiliki seseorang untuk menjadi guru:

A.      Pengetahuan Professional

  1.  Mengetahui siswa dan bagaimana mereka belajar.  Guru harus bisa mendemonstrasikan ilmu yang dimiliki dan mengerti perkembangan fisik, sosial, intelektual, dan karakter dari siswa dan bagaimana hal tsb akan mempengaruhi belajarnya.  Guru dituntut mengunakan berbagai macam strategi dan pendekatan dalam mengahadapi siswa yang berbeda kemampuan, karakter, dan dari berbagai latar belakang.
  2. Mengetahui isi dan bagaimana mengajarkan bidang studinya. Guru dapat merencanakan pengajarannya  dan mengelola isi dari mengerti konsep, inti dan urutan dari bidang studi yang akan diajarkan. Guru harus bisa mendemonstrasikan pengetahuan dan mengaplikasikan pengetahuannya dan strategi mengajarkan sehingga kegiatan pembelajaran menjadi menarik.

 

B.      Praktek Professional

  1.      Merencanakan dan mengaplikasikan kegiatan belajar mengajar yang efektif.  Guru dituntut untuk tahu bagaimana berstrategi untuk tidak hanya mengajarkan kepada masing-masing peserta didik target yang bisa diukur, namun juga mengajarkan literasi dan numerasi dalam bidang studinya dan menggunakan tehnologi sesuai masanya. 
  2.       Menciptakan dan menjaga suasana belajar yang aman dan nyaman.   Guru harus mampu mengelola siswa termasuk mendidik siswa yang bermasalah.   
  3.       Menilai, memberi umpan bail dan melaporkan pembelajaran siswa. Guru dituntut untuk memahami kurikulum dan pendekatan yang digunakan mulai dari  cara penilaian, cara memberi umpan balik, hingga memberi laporan.

 

C.       Keterkaitan Professional

  1.          Terlibat dalam pembelajaran professional.  Guru harus dapat merefleksikan kekuatan dan hal-hal yang perlu ditingkatkan agar kegiatan belajar mengajar lebih efektif dan kondusif. Guru harus mampu menerima kritik yang membangun dari teman sejawat maupun atasnya.
  2.       Terlibat secara professional dengan rekan kerja, orang tua, dan masyarakat.  Guru harus menjaga kode etik sekolah dan update dengan peraturan yang berlaku.

Waktunya refleksi diri,


#Guru

#AISEI Sharing

#AITSL

 


Senin, 11 April 2022

5 Kompetesi Guru



Banyak guru yang mengeluh akan beban pekerjaan yang diamanahkan.  Guru yang menjalankan profesinya hanya dengan masuk dan pulang tepat waktu, mengajar di depan kelas pada jam yang ditentukan, dan memberi evaluasi diakhir topik akan merasakan bahwa pekerjaan mengajar adalah pekerjaan yang membosankan.  Jika anda sebagai guru merasakan hal ini, sudah saatnya anda merefleksikan apakah selama ini sudah memenuhi kompetensi yang diharapkan dari seorang guru.

Sesuai UU Guru No. 14/2015 yang mengatakan guru wajib memiliki 

  • kompetensi pedagogy (pendidikan) – kemampuan menyampaikan materi pendidikan kepada peserta didik. Guru harus menguasai berbagai metode mengajar (baik luring maupun daring) dan harus memiliki kreativitas untuk mendorong rasa ingin tahu siswa. 
  • kompetensi kepribadian – kemampuan untuk berpikir, berperasaan dan berperilaku baik.  Guru harus dapat menjadi tauladan bagi siswanya. 
  • kompetensi professional – kemampuan untuk mengajarkan bidang studi yang diampunya.  Guru dituntut menguasai disiplin ilmunya.
  • kompetensi sosial – Guru harus memiliki kecerdasan sosial, karena guru dituntut untuk bisa beradaptasi dan berkomunikasi dengan baik. 

Capri Anjaya, dalam bukunya yang berjudul Sekolah Lokal berkualitas Internasional 2017, hal 39, menambahkan guru dituntut untuk memiliki kompetensi Bahasa pengantar.  Ini dimaksud untuk sekolah internasional/SPK yang menggunakan Bahasa pengantar Bahasa Inggris misalnya, maka guru wajib memiliki kompetensi berbahasa Inggris.

Pekerjaan guru akan menjadi menyenangkan jika profesi ini adalah pilihan kita…

Buat saya, profesi guru adalah sebuah panggilan! 


Keep Learning, Keep Sharing, Keep Inspiring, and Write your Legacy


#Guru

#KompetensiGuru

Kamis, 24 Maret 2022

7 tips Mengubah Budaya Sekolah

Petition · Flaws in 'The Indian Education System' · Change.org

Gambar diatas mengingatkan kita peningkatan kualitas atau mutu sekolah seolah-olah ibarat pabrik manusia, mempergunakan proses pendidikan melalui pendekatan fungsi produksi.   Untuk meningkatkan mutu atau prestasi dianggapnya komponen produksi yaitu kurikulum, sarana dan prasarana, dan kualitas guru harus ditingkatkan.  Sayangnya system pendidikan seperti ini tidak membuat prestasi siswa beranjak naik secara significant.  Kita semua jadi bertanya, “Kenapa tidak bisa naik mutu pendidikannya?”  Ya itu dikarenakan karena proses pendidikan bukan hal yang sama seperti memproduksi barang.  Untuk meningkatkan mutu dan prestasi siswa, maka perlu dilaksanakan kebijakan dan program yang berbasis pendekatan kulturan seperti yang dijelaskan oleh Prof. Zamroni dalam bukunya Kultur Sekolah (2016).  Beliau menambahkan bahwa dalam mengembangkan kultur sekolah diperlukan proses yang panjang, konsistensi dengan tidak cepat puas dengan hasil ataupun sebaliknya tidak gampang putus asa.

Berikut 7 tips yang harus Anda lakukan jika Anda baru diangkat menjadi seorang pemimpin sekolah yang ingin mengubah budaya sekolah:

  1. Kenali kondisi sekolah saat ini.

  2. Rumuskan arah pengembangan kultur sekolah yang Anda ingin wujudkan.

  3. Mengubah mindset dengan melihat masalah sebagai sebuah kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik dan focus pada pemecahan masalah.

  4. Mengembangkan kemampuan guru.

  5. Fokus pada pengembangan prestasi siswa.

  6. Kembangkan nilai-nilai (value) kehidupan dengan mengembangkan karakter positif  siswa.

  7. Memecahkan konflik secara damai.

Keep learning, keep sharing, keep inspiring, and write your legacy!

Capri Anjaya

Ketua AISEI Komunitas Pendidik Indonesia


#AISEISharing
#KulturSekolah
#KurikulumNgumpet


Mengelola Perubahan Budaya Sekolah


Dr. John Kotter (2012) seorang ahli dalam mengelola perubahan (change management),  telah membuktikan bahwa sekitar 70% seluruh perubahan besar yang dilakukan menemui kegagalan. Mengapa bisa terjadi? Karena sekolah sebagai suatu organisasi tidak melakukan perubahan dengan pendekatan secara holistik.

8 langkah Kotter untuk mengembangkan Kultur Baru Sekolah:

  1. Mengakui bahwa Sekolah dalam kondisi ‘perlu bantuan’.

  2. Membentuk tim kerja yang semua bisa bekerjasama dan saling mempercayai. Namun perlu diingat, setiap perubahan dan pembaharuan pasti mengundang resistensi.  Jadi pastikan Anda terbuka, transparan,  dan saling mengingatkan.

  3. mengembangkan visi baru; visi yang merupakan dasar untuk mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan.

  4. Mensosialisasikan visi hingga warga sekolah paham dan menerima visi sekolah.

  5. Memberdayakan guru, pegawai administrasi, siswa dan orang tua siswa untuk menjalankan tugas sesuai fungsi dan wewenangnya.

  6. Mengembangkan target keberhasilan tidak hanya jangka panjang namun juga jangka pendek.

  7. Konsolidasi dan penyempurnaan dengan melakukan refleksi di setiap tahapan kegiatan.

  8. Berikan amunisi baru untuk terus berubah sehingga diperlukan tradisi untuk selalu berdiskusi, bertukar pendapat, saling memberi positif kritik, auto-kritik dan mengikuti workshop secara terus menerus serta melakukan studi banding dan kegiatan organisasi yang mendukung.  

Dari 8 langkah Kotter ini, saya  menyakinkan kita semua, walaupun kita seorang guru, kepala sekolah ataupun orang tua, bahwasanya kita harus terus mau belajar dan terus ber-refleksi untuk menjadi pemimpin yang lebih baik.

Keep learning, keep sharing, keep inspiring, and write your legacy!

Capri Anjaya

Ketua AISEI Komunitas Pendidik Indonesia


#AISEISharing
#KulturSekolah
#KurikulumNgumpet


Dapatkan Menjadi Kepala Sekolah Tanpa Melalui Proses Sebagai Guru?

Para peneliti setelah melakukan penelitian mengenai kepemimpinan pendidikan akan setuju bahwa kepala sekolah yang efektif adalah seseorang yang bertanggung jawab untuk membangun visi sekolah tentang komitmen terhadap standar yang tinggi dan keberhasilan semua siswa.  Yang dimaksud dengan Kepala Sekolah adalah guru yang diberi tugas untuk memimpin pembelajaran dan mengelola satuan pendidikan yang meliputi jenjang taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas.  

Pertanyaannya adalah bisakah menjadi kepala sekolah tanpa melalui proses menjadi guru?   Sebaiknya seorang kepala sekolah pernah menjadi guru dan kebanyakan jabatan kepala sekolah di dapat setelah melalui proses menjadi guru.    Kenapa? Karena Kepala Sekolah sekurang-kurangnya harus memiliki  kompetensi sebagai berikut sesuai Perdirjen 6565/2020:

1.       Memimpin Manajemen Sekolah.  KS harus bisa mengembangkan dan mewujudkan visi sekolah dan memimpin dan mengelola program sekolah

2.       Memimpin Pembelajaran.  KS harus memiliki pengalaman menjadi guru karena KS harus bisa membangun lingkungan belajar, memimpin perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, memimpin perbaikan kualitas proses belajar dan melibatkan orang tua/wali dan komunitas dalam pembelajaran

3.       Memimpin Pengembangan Sekolah.  KS harus dapat memimpin pengembangan sekolah dan melibatkan orang tua/wali dan masyarakat dalam pengembangan sekolah

4.       Mengembangkan Diri dan Orang Lain. KS harus bisa menunjukan praktek pengembangan diri, menunjukan kematangan spiritual, moral, dan emosi.  Tidak hanya itu, KS juga harus bisa mengembangkan kompetensi warga sekolah dan melakukan pengembangan karir.


Keep learning, keep sharing, keep inspiring, and write your legacy!

Capri Anjaya

Ketua AISEI Komunitas Pendidik Indonesia


#AISEISharing
#ProfilKepalaSekolah

#KompetensiKepalaSekolah
#KurikulumNgumpet


Mudahkah Menjadi Guru?


Banyak lulusan sarjana yang bukan latar belakang pendidik, berubah haluan menjadi guru.  Tentunya banyak faktor antara lain dikarenakan tidak mendapat pekerjaan sesuai pendidikan kesarjanaannya dan adanya anggapan bahwa guru adalah pekerjaan yang semua orang bisa mengerjakan.  Tentunya ini menjadi tantangan untuk perguruan tinggi khususnya yang memiliki fakultas pendidikan dan kita semua sebagai pengelola pendidikan untuk refleksi diri. 

Apakah semudah itu menjadi guru?  Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, menyatakan “Segala syarat, usaha, dan cara pendidikan harus sesuai dengan kodratnya keadaan” (Dewantara, 1956, dalam Dewantara, 2009, h.210). Kodrat keadaan yang beliau maksud terdiri dari dua unsur, yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam merujuk kepada keadaan hidup kebudayaan, kemasyarakatan, bangsa, dan negara anak didik sedangkan kodrat zaman merujuk pada waktu yang ditempati masyarakat.  Pernahkah kita sebagai pendidik memperhatikan ini?

Ki Hajar Dewantara menambahkan bahwa pendidikan harus yang berorientasi pada anak dan ini sejalan Standar Kompetensi Guru ASEAN, yaitu memastikan siswa belajar dengan menyenangkan.  Untuk itu jika ingin menjadi guru, kita harus memenuhi 4 poin dibawah ini

(1) Guru yang tahu dan mengerti apa yang diajarkan.

Guru hendaknya berpengetahuan luas sesuai disiplin ilmu dan tahu bagaimana cara mengajarkannya. Guru dituntut untuk mengerti tren pendidikan, kebijakan-kebijakan pendidikan serta kurikulum yang akan digunakan.  Tidak hanya itu, guru hendaknya ter-update dengan perkembangan dunia pendidikan baik itu lokal, nasional, maupun global.

 

(2) Guru yang membantu siswa menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Guru harus memiliki keinginan untuk mengerti keadaan siswanya (latar belakang sosial & emotional, kelebihan, kekurangan, dsb), menggunakan strategi belajar mengajar yang efektif, dan memberikan feedback terhadap perkembangan siwa belajar.

 

(3) Guru yang melibatkan diri dalam komunitas yang mendukung siswa.

Guru harus mengajarkan untuk memberi rasa hormat dan menghargai perbedaan, bergabung dengan kegiatan kemasyarakatan sehingga membantu siswa untuk tumbuh, dan berpartner dengan orang tua, pengasuh, atau pelatih untuk bersama-sama membimbing siswa.

 

(4) Menjadi Guru yang lebih baik setiap hari.

Guru harus memiliki berhasrat untuk belajar dan terus meningkatkan diri  hingga bisa menjadi guru yang lebih baik tidak hanya dalam disiplin ilmunya namun juga mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari dan dalam pekerjaan.  Guru dituntut untuk tahu apa yang dibutuhkan untuk dirinya sendiri dan orang disekitarnya.  

 



Keep learning, keep sharing, keep inspiring, and write your legacy!

Capri Anjaya

Ketua AISEI Komunitas Pendidik Indonesia


#AISEISharing
#ProfilGuru

#KompetensiGuru
#KurikulumNgumpet

Minggu, 10 Januari 2021

\
Lomba Bersepeda Zaman Now

Bunda bersepeda bersama anak lanang


Masa pandemic covid-19 membuat banyak kegiatan berkumpul harus dibatasi.  Pembatasan berkumpul membuat teman-teman harus ekstra hati-hati untuk kegiatan yang berbau perlombaan.  Sayangnya buat saya tanpa ikutan perlombaan sebagai tujuan, membuat saya kurang bersemangat.

Untungnya sekarang ada virtual race.  virtual race adalah sebuah app yang dimana kita bisa mengikuti lomba (ada lomba jalan kaki, lari ataupun sepeda).  Tentunya kita harus register untuk bisa mengikuti lomba.  Namun uniknya di 99 virtual race ini, tidak hanya ada 1 lomba yang ditawarkan.  Ada beberapa lomba dan bisa diikuti dalam  jangka waktu yang berbeda-beda.  

Nah, jika tertarik mengikuti salah satu lomba yang ditawarkan, maka kita sebagai calon peserta lomba, wajib register lagi dan biasanya ada pembayaran setiap mengikuti lomba.  Setelah mendaftar, kita akan mendapatkan nomor dada, setelah itu sudah deh kita bisa lakukan kegiatan yang kita register  selama periode lomba.  Setiap hari jika kita sudah melakukan lari misalnya dan telah melakukan selama 10 km, maka saya wajib menyerahkan waktu ke dalam 99 virtual app tersebut.  


https://web.facebook.com/99virtualrace/?_rdc=1&_rdr


Pertanyaannya bagaimana mengukur jalan kita atau lari kita ataupun bersepeda kita pada hari itu?  Nah disini kita harus mengukur selama melakukan jalan kaki atau lari ataupun bersepeda.  Banyak sekali app yang bisa digunakan diantaranya adalah Strava.  Untuk sign in di strava mudah sekali.  Setelah sign in, silahkan merekam setiap mulai kegiatan dan menekan selesai jika sudah selasai kegiatan.  Setelah itu otomatis akan terekam kegiatan kita.

https://apps.apple.com/us/app/strava-run-ride-swim/id426826309

Apakah tertarik untuk olahraga dan mengikuti lomba?  Jika ingin bertanya lebih lanjut silahkan menuliskan di kolom komentar.

Salam sehat

Senin, 07 September 2020

CERITA DIBALIK MEMBERI HUKUMAN Bagian 2


Hukuman diberikan dengan tujuan yang baik yaitu memastikan siswa tidak mengulang tindakan atau perilaku yang tidak sesuai. Hukuman akan menjadi momen pengingat untuk siswa. Siswa akan belajar mematuhi dan menjadikan perilaku baik menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan yang baik yang terus menerus dilakukan akan menjadi sebuah karakter seseorang.

Hukuman seperti apa yang cocok sehingga siswa bisa belajar dari kesalahannya? Bagaimana cara Guru menghukum yang baik sehingga siswa dapat menerima kesalahannya sebagai sebuah tindakan yang salah bukan siswanya yang kurang a?

  1. Hukuman yang Bernilai Positif

Bagaimana bentuk hukuman yang  mendidik? Banyak bentuk hukuman yang mendidik yang bisa merangsang siswa untuk bersikap lebih baik. Misalnya saja seorang siswa yang begitu nakal, bandel dan susah diatur, bentuk hukuman yang bisa diberikan seperti pengurangan jam istirahat. Hal ini dapat digunakan untuk merefleksi tindakan yang kurang baik bersama gurunya.  Atau bisa juga tidak langsung pulang ke rumah disaat waktu sekolah telah usai. Siswa dan guru dapat berada di ruang kelas dalam kurun waktu tertentu dan guru memonitor.  Sangat penting pada waktu merenung, siswa bisa melakukan refleksi ataupun mengerjakan tugas lain dan guru memastikan siswa menjalankan hukuman sesuai dengan perintah.

Bisa juga siswa diberi hukuman seperti menghafal perkalian, membersihkan ruang kelas, menyapu halaman teras kelas dan beberapa hukuman lainnya yang  membuat anak menemukan nilai-nilai positif dari hukuman yang dijalani.

  1. Melarang siswa melakukan kegiatan ekstrakurikuler ataupun ko kurikuler yang paling dia sukai

Membatasi siswa untuk melakukan hal yang dia sukai juga bisa menjadi alternatif hukuman yang mendidik.  Misalnya siswa sangat suka bermain basket dan masuk dalam tim basket, maka dengan membatasi bermain basket bersama teman-temannya akan membuat hukuman guru berdampak kepada siswa. Diakhir masa hukuman, selalu memberikan siswa waktu untuk menyendiri dan merenungi kesalahannya agar siswa bisa menginstrospeksi sikap dan perilakunya. Ada baiknya guru tetap memantau siswa agar efek hukuman yang diberikan lebih bernilai positif.

 

  1. Harus Proporsional

Berikan hukuman yang proporsional, tidak berlebihan. Jangan sampai kesalahan kecil yang dilakukan namun hukuman yang diberikan sangat berat. Atau sebaliknya kesalahannya sangat fatal namun hukuman yang Anda berikan sangat mudah dan ringan.

Tingkat kesesuaian hukuman dengan kesalahan yang dilakukan sangatlah penting. Sesuaikan juga hukuman yang diberikan dengan tingkat usia/kelas agar hukuman yang diberikan benar-benar efektif dan tepat sasaran.

  1. Jelaskan dengan mindfulness

Cara menghukum siswa yang benar dan mendidik adalah dengan menjelaskan kepada siswa tentang alasan kenapa dia dihukum. Cobalah untuk menjelaskannya dengan penuh logika dan kasih sayang layaknya siswa itu adalah anak Anda.

Dengan mengetahui bahwa sejatinya hukuman yang diberikan bertujuan agar siswa  menjadi pribadi yang lebih baik,  justru akan menumbuhkan rasa cinta anak  kepada gurunya. Pastikan mengerti yang dihukum adalah perilakunya bukan dirinya.

  1. Lakukan diskusi setelah menghukum

Jika siswa telah menjalani hukuman dan dapat mengambil hikmah dari hukuman itu, berikan apresiasi padanya. Jangan ragu untuk memuji komitmennya dalam menjalani hukuman. Penghargaan dan pujian pada siswa yang diberikan secara tepat membuat siswa tidak kehilangan semangat.

Selain itu, jika Anda rutin memberikan pujian yang cocok, siswa akan lebih mudah menerima kritik sehingga dia bisa terus berusaha. Dan, hasil yang dia dapatkan akan membuat siswa dan Anda puas.


Apakah aku stress?

  Ibu          : “Nak, kamu makan malam dulu sudah jam 10!” Anak      : “Sebentar bu, aku lagi siapkan tugas yang aku harus presentasika...