Banyak lulusan sarjana yang bukan latar belakang pendidik, berubah haluan menjadi guru. Tentunya banyak faktor antara lain dikarenakan tidak mendapat pekerjaan sesuai pendidikan kesarjanaannya dan adanya anggapan bahwa guru adalah pekerjaan yang semua orang bisa mengerjakan. Tentunya ini menjadi tantangan untuk perguruan tinggi khususnya yang memiliki fakultas pendidikan dan kita semua sebagai pengelola pendidikan untuk refleksi diri.
Apakah semudah itu menjadi guru? Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, menyatakan “Segala syarat, usaha, dan cara pendidikan harus sesuai dengan kodratnya keadaan” (Dewantara, 1956, dalam Dewantara, 2009, h.210). Kodrat keadaan yang beliau maksud terdiri dari dua unsur, yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam merujuk kepada keadaan hidup kebudayaan, kemasyarakatan, bangsa, dan negara anak didik sedangkan kodrat zaman merujuk pada waktu yang ditempati masyarakat. Pernahkah kita sebagai pendidik memperhatikan ini?
Ki Hajar Dewantara menambahkan bahwa pendidikan harus yang berorientasi pada anak dan ini sejalan Standar Kompetensi Guru ASEAN, yaitu memastikan siswa belajar dengan menyenangkan. Untuk itu jika ingin menjadi guru, kita harus memenuhi 4 poin dibawah ini
(1) Guru yang tahu dan mengerti apa yang diajarkan.
Guru hendaknya berpengetahuan luas sesuai disiplin ilmu dan tahu bagaimana cara mengajarkannya. Guru dituntut untuk mengerti tren pendidikan, kebijakan-kebijakan pendidikan serta kurikulum yang akan digunakan. Tidak hanya itu, guru hendaknya ter-update dengan perkembangan dunia pendidikan baik itu lokal, nasional, maupun global.
(2) Guru yang membantu siswa menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Guru harus memiliki keinginan untuk mengerti keadaan siswanya (latar belakang sosial & emotional, kelebihan, kekurangan, dsb), menggunakan strategi belajar mengajar yang efektif, dan memberikan feedback terhadap perkembangan siwa belajar.
(3) Guru yang melibatkan diri dalam komunitas yang mendukung siswa.
Guru harus mengajarkan untuk memberi rasa hormat dan menghargai perbedaan, bergabung dengan kegiatan kemasyarakatan sehingga membantu siswa untuk tumbuh, dan berpartner dengan orang tua, pengasuh, atau pelatih untuk bersama-sama membimbing siswa.
(4) Menjadi Guru yang lebih baik setiap hari.
Guru harus memiliki berhasrat untuk belajar dan terus meningkatkan diri hingga bisa menjadi guru yang lebih baik tidak hanya dalam disiplin ilmunya namun juga mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari dan dalam pekerjaan. Guru dituntut untuk tahu apa yang dibutuhkan untuk dirinya sendiri dan orang disekitarnya.
Keep learning, keep sharing, keep inspiring, and write your legacy!
Capri Anjaya
Ketua AISEI Komunitas Pendidik Indonesia
#AISEISharing
#ProfilGuru
#KurikulumNgumpet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar