Sekolah Nasional Plus
Industrialisasi telah melahirkan kelas menengah di Indonesia. Kelas menengah adalah kalangan profesional yang bekerja di perusahaan-perusahaan baik nasional maupun multinasional serta para pejabat pemerintah. Selain memiliki pendapatan yang tinggi, kelas menengah yang umumnya tinggal di kota-kota besar ini juga berpikiran maju. Mereka menginginkan agar anak-anak mereka dapat mengecap pendidikan luar negeri agar dapat berkarya di dunia internasional. Demam globalisasi ini memengaruhi pemikiran kelas menengah Indonesia mengenai pendidikan anak-anak mereka. Kebanyakan dari mereka pernah tinggal di luar negeri dan melihat bahwa masa depan anak-anak mereka akan lebih baik jika mendapatkan pendidikan model luar negeri. Itulah sebabnya sebagian dari mereka mengirimkan anak-anaknya ke luar negeri untuk bersekolah.
Namun mengirim anak untuk bersekolah di luar negeri memiliki tantangan sendiri. Orang tua harus mempertimbangkan banyak hal. Diantaranya adalah anak-anak usia sekolah belum cukup dewasa untuk hidup mandiri di luar negeri. Mereka khawatir tanpa pengawasan dari dekat, anak-anak menjadi salah arah: terpengaruh oleh budaya asing yang negatif. Mereka juga khawatir, tanpa pendampingan orang tua, pendidikan anak-anak mereka gagal. Selain itu, keamanan dan keselamatan juga menjadi pertimbangan lain.
Pada tahun 1990-an, kebutuhan sekolah bertaraf internasional tumbuh di Indonesia. Sekolah Nasional Plus banyak tumbuh dengan modal fasilitas sarana dan prasarana yang berstandar internasional dan memiliki guru asing. Dengan daya tarik fasilitas yang baik, memiliki guru warga negara asing, dan atau menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris, sekolah nasional plus menarik banyak siswa di kalangan menengah atas. Sekolah swasta Nasional plus pun 'booming'..
Sekolah berlomba-lomba memberi keunikan dengan memberikan bidang studi tambahan ataupun penggunan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar bidang studi matematika dan IPA, dengan memasukan buku-buku pelajaran dengan menggunakan bahasa Inggris, proses belajar mengajar diluar kriteria kurikulum nasional, atau memberi kegiatan ekstra kurikuler. Bahkan di lokasi tertentu, sekolah menambahkan bidang studi bahasa Mandarin sebagai bahasa asing tambahan sebagai nilai plus. Mayoritas sekolah nasional plus menerapkan full day school yaitu masuk dari pagi dan pulang hingga sore hari, mulai dari hari Senin hingga Jumat.
#Sekolah Internasional: Solusi yang Butuh Solosi karya Capri Anjaya
#Sekolah Lokal Berkualitas Internasional: Resep Jitu Mengelola Sekolah Internasional (SPK) karya Capri Anjaya
Sekolah berlomba-lomba memberi keunikan dengan memberikan bidang studi tambahan ataupun penggunan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar bidang studi matematika dan IPA, dengan memasukan buku-buku pelajaran dengan menggunakan bahasa Inggris, proses belajar mengajar diluar kriteria kurikulum nasional, atau memberi kegiatan ekstra kurikuler. Bahkan di lokasi tertentu, sekolah menambahkan bidang studi bahasa Mandarin sebagai bahasa asing tambahan sebagai nilai plus. Mayoritas sekolah nasional plus menerapkan full day school yaitu masuk dari pagi dan pulang hingga sore hari, mulai dari hari Senin hingga Jumat.
#Sekolah Internasional: Solusi yang Butuh Solosi karya Capri Anjaya
#Sekolah Lokal Berkualitas Internasional: Resep Jitu Mengelola Sekolah Internasional (SPK) karya Capri Anjaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar