Selasa, 25 Februari 2020

Belajar Menulis Online Bersama Dedi Dwitamagama


Belajar Menulis Kuliah Online Om Jay
Resume Belajar Menulis Bersama Om Jay - 26 Januari 2020 (2)
Nara sumber: Dedi Dwitamagama   

  
Tema: Membangkitkan Gairah Menulis Guru di Blog dan Media Sosial serta menjaga motivasi menulis dan mengelola blog dgn baik                          

Nara sumber yang kedua adalah Bapak Dedi Dwitamagama, seorang pendidik, trainer, motivator bidang Pendidikan sekaligus kaka dari  Bapak Agus Sampurno, pembicara pertama.  http://trainerkita.wordpress.com. 

Pak Dedi seorang guru matematika di SMKN 50 Jakarta, terinspirasi ngeblog dari adiknya Pak Agus.  Pak Dedi yang memiliki hobby foto mulai posting di tahun 2009 di blog kompasiana.  Hingga saat ini beliau memngelola 14 blog  dan hamper dikunjungi dua juta kali dengan posting 4000 lebih.  Wow… sebuah prestasi yang luar biasa…. Prestasi yang luar biasa ini, karena beliau selalu dapat memanfaatkan waktu yang ada untuk menulis dengan menggunakan smartphone-nya dengan aplikasi wordpress.  Bahkan dengan pencapaiannya, beliau dapat keliling Indonesia maupun negara tetangga gratis!

Sayangnya…. Lagi-lagi tante tidak dapat duduk manis pada pukul 19:00 hingga 21:00 di hari Minggu 26 Januari… waktunya tante kencan dengan anak lanang.

Resume tante dari pengalaman nara sumber Dedi adalah pentingnya mengembangkan kreatifitas dan hobby (passion) hingga dapat membuat trobosan untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat tentang kemampuan ataupun ketrampilan yang kita miliki.  Blogging merupakan sebuah cara untuk menjual atau sebagai alat marketing yang bagus untuk personal branding. 

Beliau berpesan pembiasaan adalah sebuah proses yang harus dilatih jika kita ingin membuat blog ataupun vlog. semakin sering kita posting, semakin mahir kita menulis, dan semakin banyak pengunjung blog kita.


Beliau juga mengingatkan untuk ber-etika di dunia maya.  Jadi sesama blogger jangan pelit memberi pujian kepada blog tetangga saat mengunjungi.  Ada peraturan yang tidak tertulis, bahwa kita harus komentari balik orang yang berkomentar di blog kita.  

Wow.. dasyat sebuah komentar positif atau pujian... Pujian akan membuat kita jadi lebih termotivasi untuk menjadi lebih baik...


#OmJay
#Dedidwitagama

Belajar Menulis Online Bersama Agus Sampurno


Setelah blog ini 'mati' suri, karena kesibukan tante, maka tante mengikuti pelatihan Belajar Menulis Kuliah ONLINE Om Jay gelombang 2 yang diprakasai oleh  Om Jay, yang dimulai di akhir January 2020.  Tujuan tante mengikuti pelatihan ini adalah ingin memperbaiki komitmen tante untuk menulis, paling tidak satu minggu satu kali serta mengakrabkan diri dengan teknologi informasi yang terkini.

Pada pertermuan pertama Om Jay menjadi moderator.  Sedangkan yang menjadi nara sumber adalah Bapak Agus Sampurno.  Peraturan dari Om Jay adalah setelah mendapat kuliah online, peserta diminta membuat resume.  Nah, tante termasuk yang belum siap... maka tante hanya menjadi pengamat pasif group WA dan belajar dari percakapan nara sumber dan peserta. 


Belajar Menulis Kuliah Online Om Jay
Resume Belajar Menulis Bersama Om Jay - 24 Januari 2020 (1)
Nara sumber: Agus Sampurno         


Tema: Menemukan Ide dalam Menulis dan Komitmen Menulis di Blog yg melahirkan personal branding.                                         

Belajar Menulis sudah beberapa kali saya ikuti berbagai workshop… tapi untuk belajar menulis online adalah sesuatu yang baru dan pertama kali buat saya.  Media online yang dipakai adalah WhatApp, yang saya tahu karena hanya bisa 256 peserta. Saya memberanikan diri untuk mengikuti kegiatan menulis Om Jay, sapaan yang hangat untuk Bapak Wijaya Kusumah, SPd., MPd., seseorang master dibidang teknologi pendidikan (Wah... ternyata satu alumni dengan tante..) dan yang aktif tidak hanya di organisasi PGRI namun juga punya banyak prestasi di bidang menulis. Om Jay memiliki motto hidup yaitu kejujuran adalah kunci keberhasilan dan kesuksesan.  Om Jay juga memiliki keinginan agar banyak guru di Indonesia  bisa menulis.... (ternyata tante juga punya keinginan yang sama!)  

Nara sumber yang pertama adalah Bapak Agus Sampurno, blog http://gurukreatif.wordpress.com.  Pak Agus mengawali diskusi dan menyatakan bahwa blogging  merupakan aspek reflektif bagi seorang pendidik.  Masak iya ya??

Sayangnya…. Saya lupa untuk duduk manis pada pukul 19:00 hingga 21:00 di hari Jumat 24 Januari dan berpartisipasi di group WA… Maaf tante harus melakukan tugas utama yaitu menjadi ibu. jadi Jumat adalah waktunya menjadi seorang bunda yang siap kencan sama anak lanang...

Tidak patah semangat, resume tante bisa serahkan, setelah membaca percakapan WA antara nara sumber dan peserta.  Kesimpulannya, tante terinspirasi oleh proses yang dijalani Pak Agus yang notabene-nya seorang guru hingga mencapai posisi saat ini, seorang pengusaha alias entrepreneur menurut ukuran tante.  

Tidak dapat dipungkiri bahwa seorang guru  jarang sekali melakukan refleksi setelah proses kegiatan belajar mengajarnya (KBM).  Nah beliau adalah salah satu outlier, yang dimana beliau, adalah seroang guru sejati yang tidak hanyak melakukan refleksi di setiap kegiatan belajar dan mengajarnya, namun juga memastikan dan terus mengasah ketrampilan untuk berpikir kritis dan berinovasi.  Beliau adalah guru yang sebenarnya, Guru yang memiliki keinginan untuk terus belajar.  

#OmJay
#AgusSampurno

Lahirnya Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK)

 Sekolah Bertaraf Internasional

Periode tahun 1995 sampai dengan 2005, aroma komersialisasi pendidikan tercium sangat keras. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat Indonesia, penyelenggara sekolah baik swasta maupun negeri, berebut kue belanja pendidikan masyarakat. Untuk memikat orang tua, penyelenggara pendidikan menggunakan beberapa strategi. Bagi sekolah internasional yang berasal dari embassy school,  dengan cepat mempromosikan fasilitas, kurikulum dan metode pengajaran. Tentu saja, kemudahan untuk dapat melanjutkan ke pendidikan tinggi ke luar negeri juga diekspose.  Sementara itu, lembaga penyelenggara pendidikan swasta (Yayasan) mencoba mencari mitra pendidikan dari luar negeri, yang juga sudah mengincar pasar Indonesia. Umumnya mereka menawarkan kepada masyarakat sistem pendidikan luar negeri tetapi dengan nuansa nasional yang kental. Maklum, penyelenggara pendidikan ini memiliki pengalaman yang panjang dalam mengelola sekolah nasional. Strategi lain berebut kue dana pendidikan masyarakat adalah dengan ‘mengelabui’. Penyelenggara pendidikan membangun fasilitas yang modern, mengganti nama sekolah, tetapi menerapkan sistem pendidikan nasional.

Pada tahun 2003, pemerintah  pemerintah merespon fenomena komersialisasi dan globalisasi dalam aspek pendidikan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003.  Pemerintah memanfaatkan undang-undang ini sebagai pedang bermata dua. Satu alat untuk merespon dua situasi berbeda. Di satu sisi, melalui Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, pemerintah mengubah sistem pendidikan untuk merespon fenomena globalisasi pendidikan. Di sisi lain, dengan undang-undang ini pemerintah dapat menertibkan sekolah-sekolah yang tidak jelas kategorinya tetapi ‘menyesatkan’ pemahaman masyarakat terhadap sekolah internasional.

Melalui Undang-Undang tersebut, pemerintah mengamanatkan agar pemerintah dana pusat atau pemerintah daerah menyelengarakan satuan pendidikan bertaraf internasional. Undang-undang ini ibarat  pisau bermata dua.  Di satu sisi untuk  mengatur maraknya  sekolah dengan label internasional sehingga masyarakat bisa membedakan dengan jelas sekolah internasional yang sesungguhnya dan sekolah yang hanya menempelkan kata “international” atau “global”. Di sisi lain, pemerintah merasa perlu untuk mengubah sistem pendidikan di sekolah-sekolah Indonesia agar selaras dengan perkembangan globalisasi.

Melalui Undang-Undang No 20 tahun 2003 pemerintah mendorong lahirnya sekolah bertaraf internasional, terutama dari sekolah negeri.  Ayat 3 undang-undang tersebut mengamanatkan: Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 7 Tahun 2010 secara jelas sekolah internasional ditetapkan dengan nama Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Dalam peraturan SBI  didefinisikan sebagai satuan pendidikan yang telah memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan standar pendidikan negara maju. Negara maju yang dimaksud adalah negara-negara yang tergabung  OECD (Organization for Economic Development)  seperti Inggris, Amerika Serikat, Australia, dan sebagainya.  Dengan demikian, SBI adalah sekolah yang  telah menjalankan sistem pendidikan nasional dengan baik, ditambahkan dengan kurikulum luar negeri. Masyarakat luas mengenalnya sebagai sekolah bertaraf internasional.

Maksud baik pemerintah ini ternyata membuat kaget hampir semua lembaga sekolah negeri. Mereka tidak siap. Pemerintah juga memahami hal itu. Oleh karenanya, pemerintah merancang program rintisan dengan mendirikan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).






RSBI dipatahkan dengan adanya keputusan Mahkamah konsitusi (MK) pada tanggal 8 Januari 2012 yang menyatakan, “Pasal 50 ayat 3 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat.”

#Sekolah Internasional: Solusi yang Butuh Solosi karya Capri Anjaya
#Sekolah Lokal Berkualitas Internasional: Resep Jitu Mengelola Sekolah Internasional (SPK) karya Capri Anjaya


Apakah aku stress?

  Ibu          : “Nak, kamu makan malam dulu sudah jam 10!” Anak      : “Sebentar bu, aku lagi siapkan tugas yang aku harus presentasika...